Jenis Skizofrenia
- Paranoid Skizofrenia : Jenis skizofrenia dimana penderitanya mengalami bayangan dan khayalan tentang kontrol dari orang lain dan juga kesombongan yang berdasarkan kepercayaan bahwa penderita itu lebih mampu dan lebih hebat dari orang lain.
- Skizofrenia Tidak Teratur : Jenis skizofrenia yang sifatnya ditandai terutama oleh gangguan dan kelainan di pikiran. Seseorang yang menderita skizofrenia sering menunjukkan tanda tanda emosi dan eksspressi yang tidak esuai untuk keadaan nya. Halusinasi dan khayalan adalah gejala gejala yang sering dialami untuk orang yang mederita skizofrenia jenis ini.
- Katatonia Skizofrenia : Jenis skizofrenia yang ditandai dengan berbagai gangguan motorik, termasuk kegembiraan ekstrim dan pingsan. orang yang menderita bentuk skizofrenia ini akan menampilkan gejala negatif: postur katatonik dan fleksibilitas seperti lilin yang bisa di pertahankan dalam turun waktu yang panjang.
- Dibedakan Skizofrenia : Jenis skizofrenia dimana penderita penyakitnya memiliki delusi, halusinasi dan perilaku tidak teratur tetapi tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, tidak teratur, atau katatonik.
- Sisa Skizofrenia : Skizofrenia sisa akan di diagnosis ketika setidaknya epsiode dari salah satu dari empat jenis skizofrenia yang lainnya telah terjadi. Tetapi skizofrenia ini tidak mempunyai satu gejala positif yang menonjol.
Penyebab
Pengaruh Neurobiologis
Ada beberapa teori tentang pengaruh neurogiologis yang menyebabkan Skizorenia.
Salah satunya adalah ketidakseimbangan pada dopamin,
yaitu salah satu sel kimia dalam otak.
Pada pasien penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin atau pre-albumin yang merupakan pengusung hormon tiroksin yang menyebabkan permasalahan pada zalir serebrospinal.
Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APPA) tahun 1995 menyebutkan 15 popuasi penduduk dunia menderita skizofrenia.
75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang beresiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat di sadari keluarga dan lingkungannya karena di anggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.
Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak di obati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke psikiater dan psikolog.
Gejala
Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain :
- ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh.
- Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial).
- Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi.
- Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.
Gejala-gejala skizofrenia pada umunya bisa dibagi menjadi dua kelas :
- Gejala-gejala Positif : Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain.
- Gejala-gejala Negatif : Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia).
Meski bayi dan anak-anak
kecil dapat menderita skizofrenia atau penyakit psikotik yang lainnya,
keberadaan skizofrenia pada grup ini sangat sulit dibedakan dengan gangguan
kejiwaan sepertiautisme, sindrom Asperger atau ADHD atau
gangguan perilaku dan gangguan Post Traumatic Stress Disorder. Oleh sebab itu diagnosa
penyakit psikotik atau skizofrenia pada anak-anak kecil harus dilakukan dengan
sangat berhati-hati oleh psikiater atau psikolog yang bersangkutan.
Pada remaja perlu
diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor predisposisi skizofrenia,
yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan,
menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid yaitu
emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu
menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang
memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal
aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang
tidak biasa, pikiran obsesif tak
terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet
atau stereotipik yang
termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren.
Tidak semua orang yang
memiliki indikator premorbid pasti berkembang menjadi skizofrenia. Banyak
faktor lain yang berperan untuk munculnya gejala skizofrenia, misalnya stresor lingkungan dan faktor genetik. Sebaliknya, mereka yang normal bisa saja menderita
skizofrenia jika stresor psikososial terlalu berat sehingga tak mampu
mengatasi. Beberapa jenis obat-obatan terlarang seperti ganja, halusinogen atau amfetamin (ekstasi) juga dapat menimbulkan
gejala-gejala psikosis.
Penderita skizofrenia
memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu menghindari reaksi yang
berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan dan terlalu
mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan. Perawatan terpenting dalam
menyembuhkan penderita skizofrenia adalah perawatan obat-obatan antipsikotik yang
dikombinasikan dengan perawatan terapi psikologis.
Kesabaran dan perhatian yang
tepat sangat diperlukan oleh penderita skizofrenia. Keluarga perlu mendukung serta
memotivasi penderita untuk sembuh. Kisah John Nash, doktor ilmu matematikadan pemenang hadiah Nobel 1994 yang
mengilhami film A Beautiful Mind,
membuktikan bahwa penderita skizofrenia bisa sembuh dan tetap berprestasi.
Organisasi Pendukung
Komunitas
Peduli Skizofrenia Indonesia(KPSI) adalah sebuah komunitas
pendukung Orang Dengan Skizofrenia (ODS) dan keluarganya yang memfokuskan diri
pada kegiatan mempromosikan kesehatan mental bagi masyarakat Indonesia pada
umumnya. Keberhasilan ODS dalam pemulihan sangat tergantung kepada pemahaman
keluarga tentang skizofrenia.
Komunitas ini juga bertujuan memberikan informasi tentang
skizofrenia yang tepat kepada masyarakat guna memerangi stigma negatif terhadap
ODS. Orang Dengan Skizofrenia sama sekali tidak membahayakan, bahkan mereka
sangat membutuhkan dukungan semua orang. Dengan adaptasi yang tepat, mereka
juga dapat bekerja dengan baik seperti orang normal.
Kegiatan penting yang dilakukan komunitas ini adalah
menterjemahkan swadaya atas artikel-artikel penting tentang skizofrenia dan
panduan-panduan keluarga. Kegiatan edukasi berupa kopi darat juga dilakukan
untuk saling berbagi pengalaman antar keluarga maupun narasumber. Rencananya
KPSI juga akan menerbitkan buku kisah sejati tentang dukungan keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar